Indahnya Sunrise di Puncak Gunung Batur
Sunrise atau matahari terbit di puncak
Gunung Batur sangatlah indah. Tapi Anda harus bersiap-siap, karena
pendakian harus dilakukan pada dini hari. Tujuannya tak lain, agar anda
bisa sampai di puncak saat fajar sehingga bisa menikmati panorama
matahari terbit (sunrise) dari puncak Gunung Batur.
Berkat promosi yang gencar, saat ini mendaki sudah menjadi maskot
wisata Gunung Batur. Dan tak hanya mendaki ke puncak Gunung Batur,
belakangan banyak pula wisatawan yang melakukan aktivitas tracking di
kawasan itu. Tracking mereka lakukan dengan melingkari Danau Batur atau
Kaldera Batur.
Karena itu, aktivitas ini dikenal dengan sebutan Kaldera Batur
Tracking. Ini merupakan lokasi pendakian paling baru, yang jauh lebih
menantang dibanding lokasi sebelumnya karena di sepanjang lokasi
pendakian juga terdapat sejumlah objek wisata, seperti memanjat tebing
dan pemakaman umat Hindu di Trunyan.
Terletak sekitar 64 kilometer sebelah timur laut Kota Denpasar, dan
masuk dalam wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Ada beberapa
versi tentang gunung itu dan kalderanya, namun beberapa sumber
menyatakan bahwa Gunung Batur berasal dari gunung purba yang sangat
besar dan sempat beberapa kali meletus, kemudian membentuk dua kaldera.
Nah, Gunung Batur muncul di tengah kaldera itu. Gunung Batur sendiri
sempat meletus pada 1849, 1888, 1904, 1927, 1963, 1968, 1974 dan 1994,
dengan letusan terbesar pada 1927.
Saat ini, Kaldera Batur menjadi kawasan paling populer sebagai objek
pendakian. Menurut catatan sejumlah pengusaha hotel di Toyabungkah,
tempat dimulainya pendakian, dulu hampir semua wisatawan yang menginap
di Toyabungkah melakukan pendakian ke Gunung Batur. Hanya sedikit saja
(lima persen) saja yang tidak mendaki. Sementara kini, 90 persen
wisatawan mendaki Kaldera Gunung Batur, hanya lima persen yang mendaki
Gunung Batur, dan sisanya tidak mendaki.
Gunung Batur punya sejumlah keistimewaan yang tak dimiliki banyak gunung lainnya, termasuk gunung yang ada di negeri mereka.
Kawasan ini sudah dikenal sejak lama sebagai tempat mendaki. Dulu,
sekitar tahun 1980-an, para pelajar dan mahasiswa pecinta alam, kerap
melakukan pendakian ke puncak gunung ini. Pada mulanya, para mahasiswa
mendaki Gunung Batur di siang hari. Itu pun mereka lakukan sekadar hobi
untuk mencari bunga edelweis sebagai oleh-oleh. Tapi kemudian, mereka
‘ganti haluan’ dengan mendaki Gunung Batur pada dini hari untuk
menikmati indahnya sunrise.
Dulu wisatawan kerap merasa khawatir bakal kesulitan mendapatkan
tempat menginap di Desa Toyabungkah. Kini, kekhawatiran itu tak perlu
ada. Di sana, tersedia belasan hotel melati dengan fasilitas yang
lumayan. Biaya sewa kamarnya lumayan murah, tak lebih dari Rp 200 ribu
per malam dengan kamar yang bisa dihuni dua orang. Bagi anda yang
menginginkan suasana yang ‘alami’, sewa saja tenda dari hotel setempat.
Anda bisa mendirikan kemah di area hotel, yang memang menyediakan lokasi
untuk berkemah.
(okezone.com
(okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar