Senja di Pantai Labuan Bajo
Memilih menginap di salah satu hotel yang pengelolaannya cukup
lumayan. disalah-satu daerah yang ada gundukan bukit yang agak tinggi
dan berdiri satu pohon Beringin besar yang setiap sore ramai dikunjungi
wisatawan untuk melihat senja . Sekarang ini pun pohon Beringin itu
masih gagah berdiri tapi masih kalah tinggi dengan bangunan berbentuk
persegi enam .
View dari teras hotel Puncak Waringin
Padahal view Labuan Bajo menarik sekali
dari puncak ini. Dari Puncak ini akan tampak kawasan kota Labuan Bajo
bagian bawah dan dermaga yang dipenuhi perahu-perahu berbentuk pinisi
serta perahu-perahu kecil yang disewakan masyarakat untuk berangkat ke
pulau-pulau di sekitar Labuan Bajo.
Senja masih bisa mengintip di antara mendung kelam
Duduk manis di teras depan kamar menikmati langit Labuan Bajo yang kelam kala senja merangkak. karena waktu itu langit mendung dan memberitahu hujan akan datang.
View senja di pantai Bidadari yang berpasir putih
Setengah jam perahu sampai ke pulau Bidadari, pulau yang setengahnya sudah dimiliki (sementara) oleh seorang bule. .
Ternyata di pulau Bidadari arus laut sedang kuat sehingga pak Arman meminta kami snorkling di sisi Utara pulau yang agak menjorok ke dalam dan tidak terlalu dalam. Di beberapa titik apalagi yang sebelah Selatan dan Barat memang lautnya miring agak curam.
Walaupun matahari terhalang awan, kami masih bisa berdecak melihat gugusan terumbu karang dan ikan-ikan karang berwarna-warni berukuran besar. Cukup besar sampai aku dan teman ngiler ingin menangkap satu untuk dibakar hahahaha. Apalagi kalau ada sinar matahari, maka terumbu karang makin tampak cemerlang dan indah. Sayang sekali lagi aku hanya bisa menikmati dengan mata saja, kamera Canon D10 yang aku punya sudah rusak saat snorkling di Tenau dulu gara-gara kecerobohanku sendiri. Jam enam lewat baru perahu kami kembali ke Labuan Bajo. Pak Arman sengaja membelokkan perahu ke arah dalam menyusuri Labuan Bajo dari sisi utara melewati pantai Binongko. Di beberapa titik tampak cahaya-cahaya hidup dari balik rerimbunan perbukitan, itulah cafe-cafe yang berdiri di sepanjang bukit di daerah Binongko yang terjal. Perbukitan ini justru memiliki nilai jual karena dari bukit-bukit itu bisa menikmati pemandangan senja berlatar pulau-pulau yang juga tak kalah eksotisnya.
turun menikmati dan memotret senja yang kelam dan pagi-pagi sekali menyempatkan jalan kaki ke pantai Binongko, sekalian mampir saja ke dermaga pendinginan ikan.
View dermaga pendinginan ikan pagi hari
Menikmati pagi di ujung dermaga
air terjun Cunca Wulang yang jaraknya satu jam perjalanan kendaraan dan satu jam jalan kaki, atau ke perkampungan adat Wae Rebo yang ada jauh di ujung selatan pulau. Masih ada pantai merah yang berpasir merah yang sebagian bule menyebutnya dengan nama Pink Beach, atau ke pulau-pulau seantero Manggarai Barat yang begitu mempesona dengan pasir putih dan terumbu karannya seperti pulau Saporo, pulau Kanawa, pulau Seraya Kecil, dan banyak yang lain. Dan tentu saja tak pernah hilang dari ingatanku adalah untuk mengunjungi langsung pulau para melata prasejarah yang masih hidup sampai sekaran, apalagi kalau bukan pulau Komodo.
http://wisatanusatenggara.wordpress.com/
0 komentar:
Posting Komentar